Angkutan kota berjalan lambat. Penumpang di dalamnya baru sedikit. Beberapa kali dia ngetem untuk menanti penumpang. Hal ini bukan sesuatu yang baru yang pernah kita temuakn, hal ini sering kali terjadi didalam kehidupan kita sehari-hari. Penumpang harus bersabar menanti sopir kembali mengijakan kakinya pada pedal gas melanjutkan perjalanan. “Tunggu penumpang penuh,” ujar sopir.
Untuk mencapai tujuan akhir di perumahan dasana indah bonang dari cikokol harus menghabiskan waktu dua jam, terhitung angkutan itu sudah tiga kali angkutan itu berehenti ngetem untuk memenuhi penumpang. Mau tidak mau penumpang harus sabar karena lambannya angkot berjalan.
Angkutan kota dan bus umum kini memang sudah kehilangan pesonanya. Moda transportasi itu ditinggalkan penumpang, yang lebih memilih kendaraan pribadi, baik sepeda motor maupun mobil. Anggana Danesswarha, 21 tahun memilih mengegas motornya ke kampus ketimbang harus naik angkutan dari rumahnya di Binong Permai Tangerang.
Kalau menggunakan bus, dia menghabiskan uang Rp.18 ribu untuk pergi-pulang. “Kalau pakai motor, cuma habis Rp. 5000,” katanya. Belum lagi waktu tempuh yang dia habiskan. Dengan naik sepeda motor, dia hanya memerlukan waktu 1 jam. “Kalau pakai bus, bisa dua jam” .
Menanggapi hal ini, Dimmas Roro Willis seorang Dinas Perhubungan mengatakan trayek angkutan umum harus di revisi. “Karena kota itu tumbuh dan berkembang,” ujarnya. Karena itu Dinas Perhubungan perlu dilibatkan dalam perencanaan tata kota.
Akibat trayek yang tidak sesuai dengan pola pemukiman, angkutan umum kurang diminati dan warga memilih menggunakan angkutan pribadi. Tercatat di JABODETABEK ada sekitar ± 300 mobil baru dan 1000 motor baru. Artinya, angkutan umum tidak dapat memberikan kemudahan sarana transportasi.
Akibatnya jumlah kendaraan yang melintas denagn ruas jalan tidak seimbang. Namun, penambahan ruas jalan bukan menjadi satu-satunya solusi. Jalan di fungsikan untuk mengatur lalu lintas buakn untuk menampung arus lalu lintas. Jadi jika jalan di tambah maka kendaraan akan bertambah juga.
Untuk mencapai tujuan akhir di perumahan dasana indah bonang dari cikokol harus menghabiskan waktu dua jam, terhitung angkutan itu sudah tiga kali angkutan itu berehenti ngetem untuk memenuhi penumpang. Mau tidak mau penumpang harus sabar karena lambannya angkot berjalan.
Angkutan kota dan bus umum kini memang sudah kehilangan pesonanya. Moda transportasi itu ditinggalkan penumpang, yang lebih memilih kendaraan pribadi, baik sepeda motor maupun mobil. Anggana Danesswarha, 21 tahun memilih mengegas motornya ke kampus ketimbang harus naik angkutan dari rumahnya di Binong Permai Tangerang.
Kalau menggunakan bus, dia menghabiskan uang Rp.18 ribu untuk pergi-pulang. “Kalau pakai motor, cuma habis Rp. 5000,” katanya. Belum lagi waktu tempuh yang dia habiskan. Dengan naik sepeda motor, dia hanya memerlukan waktu 1 jam. “Kalau pakai bus, bisa dua jam” .
Menanggapi hal ini, Dimmas Roro Willis seorang Dinas Perhubungan mengatakan trayek angkutan umum harus di revisi. “Karena kota itu tumbuh dan berkembang,” ujarnya. Karena itu Dinas Perhubungan perlu dilibatkan dalam perencanaan tata kota.
Akibat trayek yang tidak sesuai dengan pola pemukiman, angkutan umum kurang diminati dan warga memilih menggunakan angkutan pribadi. Tercatat di JABODETABEK ada sekitar ± 300 mobil baru dan 1000 motor baru. Artinya, angkutan umum tidak dapat memberikan kemudahan sarana transportasi.
Akibatnya jumlah kendaraan yang melintas denagn ruas jalan tidak seimbang. Namun, penambahan ruas jalan bukan menjadi satu-satunya solusi. Jalan di fungsikan untuk mengatur lalu lintas buakn untuk menampung arus lalu lintas. Jadi jika jalan di tambah maka kendaraan akan bertambah juga.
No comments:
Post a Comment