Pages

Monday 28 June 2010

Indomaret Green Tangerang 2010


Senin (28/6) – Salah satu usaha waralaba terbesar di Indonesia, Indomaret, mengadakan acara “Indomaret Green Tangerang 2010” pada Minggu (27/6) di lapangan Lembaga Pemasyarakatan Anak Kota Tangerang. Acara yang dimulai sejak pukul 06.00 pagi ini diisi dengan hiburan musik, permainan keluarga, bazaar, serta door prize.

Beberapa artis ibukota mengisi acara, seperti Asterix band, Yurike Prastika, serta Drive. Drive sebagai penampil utama dalam gelaran ini membawakan lima lagu hits mereka. Peserta yang tadinya sedang beristirahat sambil duduk perlahan mendekati panggung untuk menyaksikan penampilan band yang dimotori oleh Anjie ini secara langsung.

Di sisi lapangan berdiri stan-stan yang menjual berbagai macam produk bekerjasama dengan Indomaret, salah satunya stan yang menjual merchandise Piala Dunia 2010. Selain untuk mengkampanyekan hidup sehat dengan menanam pohon, salah satu panitia menyatakan acara ini menjadi semacam gathering bagi karyawan Indomaret. (lufthi)

Apakah Air Minum dalam Kemasan Aman di Konsumsi ?

Air merupakan salah satu kebutuhan primer bagi makhluk hidup, termasuk manusia. Air adalah sumber kehidupan, ungkapan semacam itu memang benar adanya. Manusia akan tetap bertahan hidup dengan tidak makan, tetapi manusia tidak akan bisa hidup tanpa mengkonsumsi air.

Setiap harinya kita dianjurkan untuk mengkonsumsi air kurang lebih sebanyak 8 gelas sehari atau setara dengan 2 Liter. Air yang kita konsumsi sebaiknya bukanlah air sembarangan, harus merupakan air yang memang layak untuk dikonsumsi. Air yang layak dikonsumsi itu tentunya harus dimasak terlebih dahulu agar kuman yang ada bisa mati dengan dipanaskannnya suhu air. Namun seringkali kita lebih tertarik memilih air minum kemasan yang dijual dalam berbagai merek dibandingkan dengan air minum yang dimasak di rumah sendiri. Nah, yang jadi pertanyaan, apakah air minum kemasan yang biasa kita minum itu aman untuk dikonsumsi layaknya air minum yang dimasak dirumah ?

Minum dari air kemasan memang kenyataannya lebih praktis. Tetapi ternyata minuman kemasan yang menggunakan botol plastik ataupun kaleng ini menggunakan bahan bakar minyak dan mencemari lingkungan. Situs National Georaphic menyebutkan bahwa fakta di Amerika, jumlah orang yang membeli minuman kemasan adalah yang paling banyak di dunia. Lebih dari 29 miliar botol kemasan setiap tahunnya yang kemudian menjadi masalah, dan dalam rangka memproduksi botol-botol tersebut pabrik menggunakan 17 juta barrel minyak mentah. Jumlah yang fantastis dan cukup untuk membuat sejuta mobil berjalan selama 12 bulan.

Beberapa orang mengatakan bahwa air botol lebih aman daripada air keran. Tetapi hal tersebut tidaklah benar. Di Amerika Serikat, pemerintah lokal telah meyakinkan bahwa air yang bersumber dari keran adalah aman dan justru yang saat ini menjadi perhatian adalah adanya keraguan apakah air yang ada di dalam botol juga aman. Karena bisa saja ikatan kimia pembentuk botol dalam suhu tertentu bisa mencemari air yang ada dalam kemasan.

Orang mungkin sangat menyukai air kemasan karena kepraktisannya. Tetapi jika mereka telah menyadari betapa besarnya dampak yang akan ditimbulkan oleh botol plastik maka lebih baik jika minum air dari gelas yang ada dirumah atau mungkin membawa air dalam botol isi ulang. Saat ini memang sudah diciptakan solusi atas masalah yang ditimbulkan oleh botol-botol plastik tersebut dengan cara mendaur ulangnya. Mungkin dengan menciptakan produk-produk daur ulang. Tetapi sayangnya, hanya beberapa saja yang berhasil di daur ulang. Sisanya terkubur di dalam tanah yang kemudian tidak bisa terurai dan akan mencemari tanah, sungai, danau, dan laut.

Mungkin tidak semudah itu untuk sama sekali tidak mengkonsumsi air kemasan tetapi mari berpikir sejak sekarang untuk lebih sering minum air dari gelas dan belajar untuk sama sekali meninggalkan air kemasan. (Farah)

Diskotek Dalam Angkot

“It's my life, It's now or never, I ain't gonna live forever, I just want to live while I'm alive (It's my life)“, dentuman musik rock Bon Jovi menggema dari sebuah mobil angkutan kota yang sedang berhenti untuk menaikkan penumpang. Ya, ada satu lagi keunikan di Kota Tangerang selain tempat kulinernya yang terkenal.

Angkot di Kota Tangerang memang terkenal dengan tampilan yang funky. Dari body mobilnya yang ceper, ditambah tempelan aneka stiker di bagian-bagian mobil. Membuat tampilan mobil angkotan kota ini seperti mobil balap yang siap melaju di sebuah lintasan sirkuit.

Selain itu bagian dalam mobil ditambahkan perangkat audio yang mampu membuat jantung penumpang berdentum dihantam suara subwoofer. Sambil mengemudi, sang sopir pun memilih-milih lagu yang ada dalam playlistnya laksana seorang DJ (Disk Jockey).

“Tujuan saya merenovasi angkutan kota ini, ya supaya penumpangnya lebih banyak dan bisa terhibur apabila menaiki mobil angkot saya ini” ujar Rahmat salah satu pengemudi angkot R.11.

Pria yang sehari-harinya mengantarkan penumpang jurusan Perum - Cikokol ini juga mengaku bahwa penumpang biasanya memang lebih memilih angkot yang bagus bodynya dan enak musiknya.

Para pengemudi yakin apabila tampilan body angkotnya semakin bagus, ditambah semakin keras musik yang menyalak dari perangkat audio maka akan sebanding dengan banyaknya penumpang yang didapat, karena para penumpang akan tertarik untuk menaiki mobil angkutan kotanya itu.

Walaupun hari sangat panas tetapi penumpang terlihat nyaman karena angkot ini juga telah mengganti setiap kacanya dengan kaca film sehingga suasana di dalam angkot tidak terlalu panas. (Anggun)

Sunday 27 June 2010

Otong sang ‘calo’ rantauan

“Mau kemana neng?” tanya seorang laki-laki bertubuh tambun kepada saya. “Serang bang, ”jawab saya. “Ohh, mau ke kampus ya?” tanyanya kembali kepada saya. Beginilah awal perkenalan saya dengan bang Otong seorang calo bus. Sosoknya yang cukup supel membuat saya tertarik untuk tahu lebih dalam tentang pekerjaannya yang cukup unik.

Beberapa saat setelah perkenalan itu, kembali terlihat segerombolan orang membawa tas besar yang terlihat dari arah sebrang jalan tempat saya menunggu bus Serang-Labuan dari cikokol. Kembali bang otong menanyakan pertanyaan yang sama kepada segerombolan orang itu, ternyata mereka ingin mencari bus ke Cirebon.

Bang otong hanya lalu-lalang di sepanjang trotoar jembatan cikokol, menghampiri setiap orang yang menunggu bus di sana. Ketika bus yang di tunggu oleh orang-orang yang menunggu bang Otong sigap menawarkan penumpang untuk naik, dan bang Otong akan mendapat upah dari sang kondektur.

“Ya.. beginilah kerjaan saya neng, jadi calo,” ucap Otong sambil merapihkan beberapa uang seribuan yang dikeluarkan dari kantong celananya.

Badrun alias Otong adalah seorang calo yang biasa ada di jembatan Cikokol. Setiap harinya
Otong mencari penumpang untuk bus-bus yang lewat di jembatan Cikokol menuju arah Tol Kebon Nanas.Upah dari setiap bus memang tidak banyak, akan tetapi setelah diakumulasikan setiap harinya Otong bisa mendapat uang sekitar Rp. 80.000.

“Upah dari tiap bus antara Rp. 1000 - Rp.2000, tapi bus yang lewat daerah sini juga banyak, penumpang yang biasa nunggu disini juga lumayan”, ujarnya sambil menghembuskan asap rokok.

Otong menambahkan, upah yang dia dapat tiap harinya tidak hanya untuk dirinya, tapi harus berbagi kepada sesama penghuni pinggir jalanan lainnya. Otong mengaku dia adalah seorang rantauan dari Cirebon yang ingin mengadu nasib di Ibukota. Namun, nasibnya kurang baik, sehingga pekerjaan inilah satu-satunya yang bisa ia lakukan.

“Saya disini tidak tinggal sendiri, banyak pengamen yang menjadi kawan seperjuangan.” Ujarnya sambil termenung.

Otong yang terlihat dekil saat itu, memiliki banyak keinginan besar untuk menjadi seseorang yang sukses, namun kemampuan dan tingkat pendidikan yang rendah hanya membawanya pada pekerjaan sebagai calo penumpang.

Otong mengungkapkan, ‘calo’ yang dikerjakannya tidak sama seperti calo-calo yang ada di terminal. Otong hanya menjadi pengantar antara penumpang kepada bus-bus yang menjadi tujuan si penumpang.

“Ya... kalau kebetulan bus yang lewat tapi penumpangnya ga ada yang mau naik bus yang lewat, ya saya ga dapet duit,” jelas Otong.

Otong menambahkan, tidak semua bus yang lewat akan memberikannya selembar uang seribuan, tergantung tujuan bus dan tujuan penumpangnya, kalau kebetulan satu arah, sang kondektur bus akan memberikan jatah kepada Otong.

Laki-laki kelahiran Cirebon tahun 1970 ini mengaku telah memiliki seorang istri dan dua orang anak yang sudah lama tak dijumpainya semenjak dia meninggalkan kampung halamannya, Cirebon. “Makanya neng, jadi istri kedua saya saja, ya...” ledeknya dengan genit.

Otong yang sudah hampir lima tahun tidak kembali ke kampung halamannya ini, mengaku merasa rindu dengan kedua anaknya dan istrinya. Dia mengatakan akan berusaha untuk menjadi seseorang yang bisa dibanggakan jika sepulangnya nanti ke Cirebon. “kalau pulang ga bawa duit kan malu neng sama tetangga, isti dan anak-anak,” ucapnya sambil senyum-senyum kecil.

Otong memaparkan hidup di jalan, bukan hal yang mudah untuk dilewati butuh perjuangan hidup yang sangat kuat, meskipun hidup dari selembar uang seribu, namun itu yang harus dilewati. Otong yang hanya lulusan Sekolah Dasar di Cirebon ini merintih, menyesali, bahwa pendidikan yang ia tempuh tidak sampai SMA. Otong merasa tidak memiliki kemampuan yang baik untuk bekerja.

Namun begitu Otong tidak pernah menyesali perjalanannya ke Tangerang untuk merantau, disamping memang dia susah menjalani kehidupan dijalan, tetapi dia pun mendapatkan pelajaran dari sesama anak jalanan yang tinggal bersamanya. Otong memandang ini hanyalah sebuah perjalanan hidup pada akhirnya kita juga akan kembali kepadanya.TUHAN, yang memiliki seisi dunia ini, tanpa kecuali dirinya.(irna)